Di hari lain, setiap kali saya bercanda dengan Emir atau menatapnya sedang tidur, ingin rasanya dia jadi bayi saja. Melihat perkembangan zaman yang semakin ke sini semakin mengerikan, saya justru takut dan khawatir kalau-kalau saya salah mendidiknya.
Saat dia masih bayi, mudah saja diatur. Apa-apanya semua kita yang urus. Tapi ketika dia sudah besar? Dia pasti akan memiliki dunianya sendiri. Dia pasti sudah bisa mengambil keputusan sendiri bahkan tidak ingin orang tuanya terlalu ikut campur. Orang tua saya sendiri pun pernah bilang, lebih mudah mengatur bayi ketimbang ketika anak sudah besar.
Tapi tentu saja saya tidak bisa berlama-lama berandai-andai. Bagaimana pun saya tetap ingin Emir tumbuh besar dengan sempurna. Ingin Emir nanti tumbuh dewasa dan bisa membantu orang tuanya dalam banyak hal. Hingga kemudian, kami bisa melihatnya menikah dan memiliki seorang anak. Ah, impian yang jauh.
“Semangatlah dalam menggapai apa yang manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah. Jangan pula mengatakan: ‘Andaikan aku berbuat demikian tentu tidak akan terjadi demikian’ namun katakanlah: ‘Ini takdir Allah, dan apapun yang Allah kehendaki pasti Allah wujudkan’ karena berandai-andai membuka tipuan setan.” (HR. Muslim 2664)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/12275-andai-andai-yang-terlarang.html
Mungkin memang wajar jika saya sesekali lelah, tapi jika dikatakan saya menjadikan Emir sebagai beban, rasanya jahat sekali saya ini. Lagi-lagi, harusnya saya bersyukur sudah dititipkan seorang anak yang lahir dari rahim saya. Belum lagi dengan kehamilan kedua yang begitu cepat diberikan, rasanya nikmat mana lagi yang harus saya dustakan? Lelahnya saya saat ini sangatlah tidak sebanding dengan nikmat yang sudah Allah berikan. Dan bukankah saya akan menikmati kelelahan saya hari ini ketika Emir sudah besar nanti? Masya Allah…
Maka itu, kepada teman-teman yang belum dikaruniai anak, saya selalu bilang, “nikmati masa-masa saat masih berdua dengan suami. Saat mereka belum terlalu dibuat sibuk ketika anak sudah hadir. Sebab bukan tidak mungkin, ada kalanya mereka rindu masa-masa saat masih berdua, belum sibuk, dan masih banyak waktu untuk sendiri. Dan yakinlah, bahwa Allah tidak pernah tidak mendengar do’a-do’a hamba-Nya. Ia yang lebih tahu kapan kita siap menghadapi semuanya.”
Oke, barangkali saya hanya perlu piknik *eh.
Anak anugrah, bukanlah beban meski kadang suka ada drama – drama kecil ala ibu – ibu ya, tapi tetap menikmatinya
Kurang piknik mbak. Aku juga sering ngrasain gitu. Apalagi ngurusi 2 anak plus kerja. Susah sekali dapat me time.
Whuhuhu Mbak Nisa lagi udah dua ya. Gimana aku nanti hihihi. Yuk piknik yuuk 😀
Iya harus dinikmati ya Mbak 🙂
Mungkin allah tagu kaau aku belum bisa sesabar mbak jadinya belum dititipin :D. Semangat mbak Ade apapun yang terjadi, hihihi.
Iya Mbak. Semangat juga buat Mbak Riska hehe 🙂
udah perlu me time… buat refresh..kelelahan..nih.. *ngomong ama diri sendiri
Menurut aku sih wajar kalau kita merasa cape, tapi ngga pernah ada dibenak seorang ibu menjadikan anak sebagai beban kan mba 🙂 Apalagi sekarang ada tambahan sedang hamil, berarti Allah percaya bahwa Mba akan mendidik anak2 dengan baik.. Semangat! 😀
Yuk me time yuuk 🙂
Nggak mbak. Duh jangan sampe >_<
Aamiin. Huhu makasih ya Mbak 🙂
Ngurus anak pasti ada lelahnya ya mba, sang Ibu juga butuh 'me time' biar tetap fresh 🙂
Betul Mbak 🙂