Pernikahan

Cemburu dengan Pasangan, Yay or Nay?

Cemburu dengan pasangan, yay or nay? YAY! Yes, saya tipe pencemburu. Saya nggak bisa yang namanya menyembunyikan rasa cemburu itu. Selain saya orangnya memang ekspresif, bagi saya cemburu juga harus diungkapin supaya doi tahu kalau saya lagi cemburu. Pernah juga sih cuma diam aja. Tapi diamnya saya ya tetep aja ekspresif hehe. Suami pasti tahu kalau ekspresi saya lagi nggak bersahabat :v

Saya pencemburu, tapi tergolong cemburu yang wajar alias nggak terlalu posesif sampai harus melarang suami bergaul dengan teman-teman wanita. Bebas aja dia mau ngobrol, melakukan chat atau SMS. Lagi pula suami sudah tahu batasannya sendiri. Saya tahu semua teman suami. Siapa saja, beliau selalu cerita. Kalau ada teman wanita yang chat atau SMS pun ya saya tahu. Itu pun seringnya klien wanita atau teman-teman sekolahnya yang justru nanyain kabar istrinya :v
Ya sejauh ini sih, saya dan suami memang selalu terbuka. Termasuk masalah melihat isi gadget. Kami sama-sama membebaskan apa saja bisa dilihat bahkan sampai chat atau SMS sekalipun. Dan sebenarnya, suami pun bertipe sama dengan saya. Beliau juga pencemburu. So, jadilah kami sama-sama sudah tahu batasan-batasan apa saja yang boleh kami lakukan dan tidak karena kami sudah saling terbuka.
So, menurut saya cemburu itu wajar kok. Apalagi di dalam pernikahan, cemburu itu memang diharuskan untuk merawat cinta supaya tidak pudar. Cemburu juga menandakan bahwa kita masih butuh pasangan untuk terus menemani kita. Kan ada tuh ya, ungkapan cemburu tanda sayang. Bayangkan kalau sudah tidak ada rasa cemburu, rasanya pernikahan bisa hambar karena bisa jadi rasa cinta itu terkikis. Kalau dibilang, “orang tua kita udah nggak saling cemburu lagi tuh.” Itu karena mereka sudah sama-sama hafal dengan karakter masing-masing. Padahal jauh di lubuk hati mereka, rasa cemburu itu masih ada.
Ngungkapin cemburu itu boleh nggak? Ya boleh dong. Justru memang harus diungkapkan. Toh pasangan kita bukan telepati atau dukun yang bisa baca hati dan pikiran kita kan.  Jangan sampai rasa cemburu itu dipendam sendirian apalagi sampai menimbulkan stres. Sebab salah satu alasan mengapa terjadi sakit jantung adalah stres karena memendam emosi yang terlalu lama.
Yang perlu digaris bawahi adalah, cemburu itu wajar selama kita tidak bersikap terlalu. Melarang suami atau istri mengobrol dan bergaul dengan lawan jenis misalnya. Itu tidak mungkin. Karena biar bagaimana pun kita juga makhluk sosial yang butuh bergaul dengan tetangga. Dan yang terpenting, kembali lagi pada komunikasi. Apapun keluhan dan masalah kita, sebaiknya dikomunikasikan dengan pasangan. Apa-apa yang kita suka dan tidak, pasangan harus tahu supaya keduanya sama-sama mau saling belajar dan menghargai 🙂

Bagi Bunda sendiri, cemburu dengan pasangan, yay or nay? 😀

6 thoughts on “Cemburu dengan Pasangan, Yay or Nay?

  1. Artikel cantik. Yang penting kalau bergaul dgn lawan jenis jangan berlebihan, tetap jaga jarak. Jangan cuma bersikap manis saat ada pasangan, trus kebablasan di belakangnya.
    Keep fighting, Ade 😉

  2. ya aku suka sih cemburu , malah sering karena suamiku tipe laki yang charmaing shg banyak perempuan yang suka. dari pacaran dulu perempuan banyak yg naksir berat. dan kadang banyak yang bilang sebelum janur kuning terpasang, boleh dong kejer terus. untungnya suamiku bukan tipe laki2 yang suak dikejar2 cewek dan dia setia sama daku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.