Parenting

Menjadi Ibu yang Sabar

Sama halnya setelah menikah, setelah melahirkan pun pasti ada fase baru yang harus dijalani. 17 April 2016 (baca: Detik-detik Melahirkan), petualangan baru sudah dimulai! Ya, saya resmi menjadi seorang ibu dari seorang anak yang saya panggil Emir.
Seiring ucapan selamat dari keluarga dan teman-teman, turut pula satu kalimat yang nyaris tidak pernah ketinggalan. “Selamat begadang ya.” Hmm, oke. Meski hal tersebut bukan hal baru yang saya ketahui, tetap saja, nyatanya saya yang memang tidak terbiasa begadang, menjadi hal yang baru buat dialami sendiri.
Hari-hari pertama sudah pasti terasa sangat berat. Bahkan saya nyaris menangis setiap kali Emir bangun tengah malam. Karena kesal? Mungkin. Baru saja memejamkan mata, Emir bangun. Emir pulas, saya tidak mengantuk, heuh -_- Lagi-lagi karena saya memang tidak terbiasa begadang. Jadi sekarang, buat saya, tidur barang sebentar saja sudah anugerah sekali.

http://wirmanandi.blogspot.co.id/2014_10_01_archive.html

Tapi untung saja saya suka menulis. Menulis bagi saya bisa jadi pengingat (baca: Buatku Menulis Itu…). Selama hamil kemarin, setiap kali posting tentang kehamilan, satu kata yang tidak pernah luput untuk saya tulis. “Semoga saya bisa menjadi ibu yang sabar”. SABAR. Ya, mungkin itu sebabnya sabar menjadi salah satu penolong dalam hidup. Nyatanya memang tidak mudah. Meski begitu, kalau kita bisa menjalankan, hidup akan terasa lapang. Maka kembali lagi, karena seringnya saya menulis kata sabar, secara tidak sadar, kata itu masuk di alam bawah sadar. Jadi setiap kali kesal bahkan nyaris menangis karena malam kurang tidur, saya selalu ingat kata itu. Selalu ingat bahwa saya selalu menulis bahwa saya ingin menjadi ibu yang sabar. Jadi meskipun saya kesal, setiap kali melihat wajah Emir, saya tidak marah. Tetap memangkunya dengan sabar. Tetap menyusuinya dengan tenang.

Ya, semoga saja akan terus begini. Saya tahu, ini belumlah seberapa. Masih awal. Selanjutnya, semakin Emir besar, mungkin ujian akan lebih berat lagi. Tapi satu yang pasti, permintaan saya pada Allah tidaklah berubah. Semoga saya bisa menjadi ibu yang sabar. Sabar, sabar, sabar. Sabar dalam keadaan apapun. Aamiin.

13 thoughts on “Menjadi Ibu yang Sabar

  1. Hihi. Aku jadi salah satu yang mengucapkan selamat begadang yaaa. Semangat terus ya Maaaa, tenang aja, kalo lagi jenuh banget sama keadaan, harus inget kalo anak kita ga akan selamanya kok jadi bayi. Masa-masa bayi mereka ini yang lagi lucu-lucunya ini, ga akan pernah terulang lagi, jadi mari dinikmati saja Maaak. Semangat terus ya Mak Adeeeeee :*

  2. emang kalau jadi ibu susahnya klo anak rewel di malam hari gitu, tapi mending gantian sama suami. klo saat di gendong suami anaknya tetep rewel, baru istrinya. soalnya anak itu deketnya sama ibuk biasanya.

  3. Aku ngalamin mba.. Anakku udh 3 bulan lebuj seminggu, dan kadang jam3 pagi baru tidur.. Walaupun gantian tidur sama suami ttep aja sbgai ibu g bsa tdur klau anak blm tdur. Sempet ngerasa kesel jg, tapi y itu betul sabar kuncinya.. Trmksh mba sangat menginspirasi sekali ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.