Ceritanya kemarin, hari Kamis 6 Januari 2020 saya diundang untuk hadir ke acara Arla Indonesia dengan tema Organic Parenting. Rasanya memang sudah lama sekali saya nggak datang ke seminar-seminar parenting. Tapi melihat temanya “Organic Parenting”, saya langsung tertarik gitu. Apaan ya organic parenting? Yah, sekalian we time sama si kecil, Elisa hehe.
Seperti saya, mungkin masih banyak Ayah Bunda yang belum tahu ya apa itu Organic Parenting. Sesuai namanya, organik yang berarti alami. Maka Organic Parenting bisa diartikan sebagai pola pengasuhan yang mengutamakan cara-cara alami dalam semua aspek kehidupan anak. Mulai dari konsumsi makanan, aktivitas, bahkan sampai interaksi anak dengan orang tua pun dengan cara yang alami.
Tips menerapkan Organic Parenting
Nah psikolog Ratna Sari, S.Psi.,M.Psi menyampaikan ada lima tips jika ingin menerapkan Organic Parenting.
Jadilah role model dalam menjalani gaya hidup sehat dan alami
Orang tua memang sepatutnya begitu. Jadi contoh utama bagi anak, agar anak lebih mudah meneladani. Jika orang tua mampu menjadi role model, maka tanpa diajarkan pun anak biasanya akan mengikuti.
Jujur saja bagi saya pribadi, ini menjadi PR besar. Apalagi saya tahu keluarga kami masih suka jajan. Biar bagaimana pun, setiap hari saya dan suami selalu berusaha memberi makanan yang baik untuk anak-anak seperti buah dan sayur-sayuran yang sudah dicuci bersih dan dikupas.
Stimulasi tumbuh kembang anak
Sejak bayi, anak harus distimulasi sesuai usianya. Misalnya 1-4 bulan anak belajar mengangkat kepala saat tengkurap. Usia 5-8 bulan kepala sudah tegak dan bayi juga mampu menggenggam suatu obyek ringan sendiri, dan seterusnya.
Stimulasi ini penting agar anak berkembang sesuai koridornya. Jadi jika sampai 5 bulan anak belum bisa mengangkat kepala, maka sudah waktunya untuk diperiksakan lebih lanjut ke dokter anak atau tumbuh kembang. Maka dari itu, peran orang tua di sini untuk memberi stimulasi penting sekali.
Stimulasi juga tidak melulu harus dipaksakan. Katakanlah usia 10 bulan sudah diajarkan untuk berjalan. Kalau memang anak belum terlihat ingin untuk belajar jalan, tidak perlu dipaksakan. Karena batas usia anak benar-benar bisa berjalan memang usia 12-24 bulan.
Demikian pula ketika usianya sudah masuk pre school, 2,5-4 tahun. Tidak perlu terlalu dipaksa jika anak memang belum tertarik untuk membaca, menulis, dan berhitung. Jadi ada kalanya kita perlu mengajarkan, ada kalanya pula kita perlu belajar memahami kebutuhan anak.
Apresiasi kebutuhannya
Bukan hanya orang dewasa, anak pun butuh diapresiasi. Seperti memberinya sentuhan lewat pelukan, ciuman, pijatan.
Selain itu, orang tua juga perlu memberi pujian jika anak sudah berusaha. Seperti memujinya karena sudah lancar berjalan. Memujinya karena sudah bisa pipis sendiri. Dan sebagainya. Konon apresiasi seperti ini akan menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada anak.
Karena yang kita bicarakan adalah kebutuhan anak, maka orang tua perlu memahami apa yang sebenarnya anak butuhkan. Apa yang mereka inginkan. Dengan kata lain, sebisa mungkin orang tua tidak otoriter atau memaksa anak untuk selalu menjadi apa yang orang tua inginkan.
Buat aturan bersama di rumah
Anak juga perlu mengenal aturan. Misalnya jam berapa harus makan. Buang sampah harus pada tempatnya. Menaruh piring dan gelas kotor pada tempat cucian piring. Dan sebagainya.
Biar bagaimana pun, kelak anak akan punya kehidupannya sendiri. Maka mengajarkannya sejak dini, penting sekali agar mereka tahu apa yang boleh dan tidak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Bila tidak ikut aturan yang telah disepakati, orang tua bisa menegur anak dan memberi konsekuensinya. Karena, ada kalanya pula anak harus belajar untuk kecewa dan perlu tahu bahwa apa yang mereka inginkan tidak bisa selalu tercapai.
Konsistensi
Apapun pelajarannya, konsistensi adalah hal yang utama. Bila orang tua mampu konsisten menerapkan Organic Parenting, maka anak pun akan terbiasa dengan gaya hidupnya yang alami dan teratur.
Walau menjadi orang tua tidak mudah, tapi kita selalu bisa belajar setiap hari. Bahkan seringkali anaklah yang mengajari kita langsung. Seperti misalnya saat saya lupa minta maaf sudah membuat kesalahan, anak-anak biasanya akan menegur, “Maaf dong, Bunda.” Ah, pada dasarnya anak-anak itulah guru utama kita para orang tua :’)
Anak-anak yang kita lahirkan, anak-anak yang kita asuh, adalah mereka yang membuat kita selalu berusaha ingin menjadi yang terbaik setiap harinya ?
Gaya hidup sehat ini memang harus dipaksain ya. Aku msh sulit menerapkan di rumah. Soalnya random bgt masak dan beli bahan2 makanannya. Jadi kadang ya udahlah minimalisir dari gula dulu karena ini menurutku paling bahaya sih. Apalagi anak kecil suka manis2 kan.e
Iya nih betul. Kebanyakan anak suka manis huhu
makasih sharingnya
Sama-sama Mbak 🙂
Bahasan tentang parenting tidak akan ada habisnya. Karena sebenarnya dunia parenting berawal dari cara kita mendidik anak di keluarga.
Salam kenal, Mbak…
Betul sekali, saya setuju Mbak.
Salam kenal juga Mbak Khoirunnisa 🙂