Kolaborasi, Pernikahan

Tentang Kebiasaan-kebiasaan Sebelum Menikah

Beruntunglah mereka yang punya kebiasaan-kebiasaan baik sebelum menikah. Ini yang saya rasakan sekali setelah menikah. Tapi terlepas dari menikah atau tidak, memang benar kan, kebiasaan baik itu akan menguntungkan kita dimana dan kapanpun.

via Pixabay

Saya sempat menyesal kenapa dulu tidak pintar memasak. Jangankan  memasak, ke pasar atau belanja di tukang sayur saja saya tidak pernah (kecuali hanya diajak ibu saja saat kecil, ini pun saya sekedar melihat atau menunggu hiks). Wajar kalau saya tidak bisa membedakan mana lengkuas, jahe, kunyit, dan kencur. Mana kangkung, bayam, dan sayuran-sayuran hijau yang kelihatannya mirip hiks. Finalnya, setelah menikah, BLANK. Saya mau ngasih suami makan apa ini? Saya hanya bisa masak air, telur, mie, dan nasi goreng. Untung saja dulu kami masih tinggal campur dengan karyawan suami, dan ada salah satu karyawannya yang pintar masak. Jadilah saya sebagai wanita yang justru merasa malu tidak pintar memasak hiks.

Saya juga sempat menyesal kenapa dulu jarang sekali membantu pekerjaan rumah tangga. Saya hanya tahu kerja, kuliah, dan pulang ke rumah dalam keadaan rumah sudah rapi dan masakan sudah matang. Yes, karena semua sudah dilakukan ibu. Hasilnya setelah menikah, saya harus memulai semuanya dari awal. Bersih-bersih rumah, masak, dan lain-lain.

Beda dengan suami yang sudah terbiasa mandiri sejak kecil. Pun dia biasa membantu orang tuanya, ya wajar kalau sekarang dia bisa ringan tangan membantu saya.

Baca: Semua Urusan Domestik Rumah Tangga Tanggung Jawab Istri, Oh Ya?

Yaa andai saja masa gadis saya tidak kebanyakan berleha-leha alias saya bisa memanfaatkan waktu luang untuk memasak, bantu-bantu ibu, mungkin setelah menikah saya akan jauh lebih handal sebagai istri *halah*.
Tapi ah, pernikahan sudah mau berjalan 2 tahun pada akhirnya saya mulai bisa mengikuti ritme  rumah tangga. Bahwa keputusan saya untuk tidak memakai asistenlah (baca: Alasan Saya Mau Menjadi Ibu Rumah Tangga) yang membuat saya banyak belajar. Ya, saya sengaja tidak meminta asisten pada suami untuk membantu saya, pikir saya selama masih bisa saya lakukan sendiri, rasanya belum perlu. Lagian ini juga bisa jadi pembelajaran buat saya. Dan suami juga masih mau turun tangan membantu saya. Itu sebabnya saya pernah berkata salah satu yang saya pelajari setelah menikah adalah kemandirian ?.

Yeah, maka beruntunglah gadis-gadis yang suka memasak. Suka membantu orang tua di rumah. Atau suka memanfaatkan waktunya untuk melakukan sesuatu yang mengasah ‘keperempuanan’. Memang sih, seorang perempuan tidak dituntut untuk bisa masak, pun bisa membereskan rumah setelah menikah. Tapi tentang kebiasaan baik itu, percayalah, itu akan sangat berpengaruh. Kalau kita terbiasa bangun siang, bisa jadi akan terbawa sampai kita sudah menikah. Kalau kita terbiasa cuek, bisa saja pasangan kita akan merasakannya.
Maka hanya ada dua caranya. Kita sadar diri sejak awal bahwa kita sudah menikah dan sudah memahami tanggung jawab kita. Pun kita mulai membiasakan diri berubah sejak awal demi menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk kita saat single dulu.

Yaa, intinya begitulah. Alah bisa karena biasa kok ?. Ah ya, terakhir, penting juga untuk bekerja sama dan sama-sama mau belajar dengan pasangan tentang kebiasaan. Tentang kebiasaan mana yang harus dipertahankan, dan mana yang harus dibenahi a.k.a diubah ?

23 thoughts on “Tentang Kebiasaan-kebiasaan Sebelum Menikah

  1. Kalo gak bisa masak tapi setelah nikah tinggal di rumah sendiri sih mungkin gak masalah. Tapi kalo tinggal sama mertua mungkin agak kikuk hehe.

  2. kalau aku siy mmg ada waktunya membiasakan sesuatu hahaha aku juga dlu pemalas kelas berat, alhamdulilah abis nikah akhirnya membiasakan untuk rajin juga krn ada beban tanggungjawab yg harus aku penuhi ? mau ga mau aku harus lakuin deh ?

  3. hihiii.. tapi ada juga kebiasaan baik yang pas udah nikah jarang dikerjakan. misal kebiasaan main ke pustaka dan terbenam seharian.. hihii. pis mba. setuju sama tulisannya. yang namanya kebiasaan baik pasti membawa pada kebaikan ya.

  4. Salam kenal mbak.. ALLAH memang Maha Adil ya mempertemukan kita dan pasangan yang 'gak selalu sealiran'

    Untungnya dulu almh. Mama saya tipe ibu yang cerewet banget soal belajar pekerjaan rumah tangga dan masak. Dari SMP saya udah punya tugas ngerjain pekerjaan rumah. Dan ketemulah saya dengan paksu si anak bungsu yang gak biasa bantu2 kerjaan rumah. Hahaha.. Apalah rumah saya klo saya sama2 pemalesnya. Meski si paksu mampu bayarin ART sayanya justru yg gak mau ya karena gak biasa. Skrg anak saya 2 laki smua, kudu ditatar dari kecil ini soal kebiasaan2 baik.

  5. kalau aku memang karena dari kecil sudah terbiasa bantuin orangtua, jadi enggak kesulitan soal urusan domestik rumtang. Anak-anak juga kudidik untuk tahu urusan rumtang, sebagai bekal mandiri dan lifeskill mereka kelak

  6. Hahaa..dulu sebelum menikah, saya juga nggak bisa memaak. Eh bisa ding, tapi ya sedikit-sedikit aja, kayak bikin telor dadar atau nasi goreng gitu. Keterampilan memasak itu saya pelajarin sedikit-sedikit ketika saya terpaksa tinggal sendirian waktu masih bekerja.

    Saya akhirnya memang serius belajar memasak setelah menikah. Belajar sendiri, pakai nonton tutorial dari internet. Kalau diajarin ibu saya, malah saya yang nggak bisa paham. Kayaknya problem komunikasi dari ibu saya yang kemampuannya terbatas dalam menyampaikan tutorial, jadi saya kurang cocok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.