Cerita Bunda, Tips

Terjebak Mitos? Lakukan Saja 3 Cara Ini!

Terjebak mitos, pernah tidak Bunda mengalami? Saya rasa setiap ibu muda pasti pernah merasakan ya? Kita yang terlahir dari orang tua yang hidup sebelum era digital merebak, biasanya dihadapkan dengan berbagai wejangan. Bahkan sejak awal nikah pun mungkin sudah diwanti-wanti harus ini itu. Belum lagi saat hamil dan melahirkan anak pertama. Akan semakin banyak nasihatnya o_o

Baca: Ekspektasi Berbeda dengan Realita? Santai Aja Deh!

Sayangnya, beberapa nasihat orang tua tersebut – setelah kita telusuri, hanyalah mitos. Makna mitos sendiri:

tradisi lisan yang terbentuk di suatu masyarakat. Mitos memiliki asal kata dari bahasa Yunani yang artinya sesuatu yang diungkapkan. Secara pengertian mitos adalah cerita yang bersifat simbolik yang mengisahkan serangkaian cerita nyata atau imajiner. (sumber: https://hestuningikrarini.wordpress.com/2013/03/30/pengertian-mitoslegenda-dan-cerita-rakyat-beserta-contohnya/). 

Yap, mitos hanyalah tradisi lisan yang terbentuk. Dari masa ke masa. Dari nenek moyang hingga sampai ke kita. Mitos beredar melalui lisan-lisan dan belum bisa dipastikan kebenarannya. Tentu saja kebenaran menurut ilmiah. 

Nah bagi kita para orang tua muda, yang ilmunya sudah jauh lebih berkembang, mungkin jengkel rasanya jika ‘dipaksa’ menuruti nasihat mitos orang tua tadi. Apalagi jika kita tahu bahwa nasihat tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Orang tua kita hanya percaya bahwa hal itu baik bagi kita. Dan secara turun temurun – menurut mereka sudah bisa dipastikan kebaikannya. Sayangnya, beberapa mitos justru tidak sesuai dengan ilmu yang sudah kita pelajari. 
https://image.shutterstock.com/display_pic_with_logo/1130183/215548927/stock-vector-businessman-and-directional-sign-of-facts-versus-myths-215548927.jpg
Orang tua boleh saja memberi nasihat. Tapi kalau kita tahu itu melenceng, maka sebaiknya perlu diluruskan. Lantas, bagaimana caranya kita menepis mitos-mitos itu? Membantah? Tentu saja boleh. Tapi dengan catatan, kita tidak sampai membentak atau bicara lebih keras dari orang tua. Sebab sesalah apapun, mereka tetap orang tua kita yang harus dihormati 🙂 Dan barangkali cara yang saya paparkan di bawah ini bisa menjadi referensi Bunda 🙂

Beri pengertian pada orang tua dengan bahasa sederhana

Ilmu ilmiah saat ini kebanyakan mengandung istilah-istilah yang mungkin sulit dipahami orang tua kita. Katakanlah tentang memberi makan bayi pada usia 3 bulan. Alih-alih kita menjawab “jangan. Bayi kurang dari 6 bulan, belum mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lengkap dan kuat untuk melawan beberapa bakteri di dalam makanan padat.” Apa iya orang tua tidak keburu bengong. Maka lebih baik jawab saja singkat, “bayi 3 bulan hanya perlu ASI, Bu.” Selesai. Kalau misal disanggah, baru jelaskan lagi “Menurut dokter, bayi 3 bulan belum bisa mencerna makanan.” Contoh lain tentang tidak boleh tidur siang setelah melahirkan. Jawab saja dengan singkat, “semalam aku begadang. Kalau aku tidak tidur, ASI ku bisa berkurang karena kurang istirahat.” Jadi intinya jelaskan dengan bahasa yang sesederhana mungkin dan bisa dipahami orang tua. 

Samakan visi dengan suami

Ini hal yang terpenting. Sepenting apapun orang tua, anak kita tetaplah anak kita. Sudah menjadi tanggung jawab kita. Maka samakan tujuan dengan suami. Ingin seperti apa kita memperlakukan dan mendidik anak. Mungkin ada suami yang sangat patuh pada orang tua, walau nasihat itu mitos pun tetap dipatuhinya. Nah kalau sudah begini ya ajak suami belajar bareng. Baca semua ilmu yang sudah terbukti kebenarannya. Insya Allah, yakin deh suami masih mau terbuka 🙂

Buktikan

Memberi pengertian pada orang tua sudah, tapi orang tua masih keukeuh? Suami pun masih manut dengan orang tua. Lalu gimana dong? Berarti sudah saatnya kita membuktikan. Misalnya tentang tidak boleh makan pedas selama menyusui karena nanti ASInya bisa jadi pedas. Padahal Bunda sulit makan kalau tidak pedas *guebanget :v* Ya tinggal buktikan saja. Bahwa setelah Bunda makan pedas, ASI dan bayi Bunda tetap baik-baik saja. Atau tadi misalnya, masalah bayi diberi makan pada usia 3 bulan dan tidur siang setelah melahirkan. Ya buktikan saja kalau bayi 3 bulan ternyata memang hanya butuh ASI dan tidur siang Bunda tidak berpengaruh apa-apa soal darah putih yang naik ke mata.

Nah tiga hal itulah yang barangkali bisa Bunda lakukan untuk menepis mitos-mitos yang beredar. Hal ini dimaksudkan supaya mitos tidak terus menerus turun ke anak kita dan generasi selanjutnya. Maka kitalah yang harus memutus rantai mitos itu. Dan biar bagaimana orang tua kita pun perlu mendapat pengetahuan agar punya cara pandang yang baru.

Bagaimana? Apakah Bunda pernah mengalami masa-masa mitos yang menyebalkan? Atau di antara Bunda ada yang mau menambahkan tipsnya? Share yuk 🙂

10 thoughts on “Terjebak Mitos? Lakukan Saja 3 Cara Ini!

  1. Bener Mba, banyak mitos diseputar ibu hamil maupun menyusui.
    Alhmadulilah sejak menikah hidup terpisah bahkan jauh dari orang tua. Jadi saya dan suami punya otonomi penuh terhadap apa yang kami berikan sama anak-anak.
    Untungnya lagi ibu dan ibu mertua bukan orang yang cerewet maksain ini, itu. Mereka percaya sama pilihan kami.

  2. Bener banget mba, soal mitos ini. Saran 1 lagi kalau misalnya orang tua masih kekeuh, bisa dikasihkan artikel2 yang menunjukkan resiko2 kalau kita mengikuti mitos2 yang bisa membahayakan anak. Bagus ini artikelnya mba. Terutama buat ibu2 muda yang baru punya anak ^^

  3. Aku dulu sempet pernah ngalami ini mbak sama ibuku,g boleh makan pepaya katanya bisa becek. Susah2 gampang ngasih pengertian ke orangtua yang percaya mitos,bener2 harus extra sabar biar nggak stres sendiri,apalagi ibu yg baru melahirkan anak pertama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.