Cerita Bunda, Cerita Elis, Cerita Emir, Kids, Parenting, Tips, Toilet Training

Toilet Training, Keyakinan dan Kesiapan Orang Tualah yang Utama

toilet training

Akhirnya setelah sekian lama, saya dan suami memantapkan diri BENAR-BENAR menseriusi urusan TOILET TRAINING anak-anak ? Kenapa saya bilang benar-benar? Karena memang baru ini kami beneran kompak. Awalnya saya yang rada ambisius untuk melatih anak-anak toilet training. Sayangnya, suami belum mantap. Alhasil di saya pun jatuhnya jadi setengah-setengah karena kebanyakan emosinya ?

Kira-kira dari Emir 20 bulanan gitu deh sudah saya latih. Tanggal 22 Juli kemarin pun saya udah melatih Elis. Tapi ya gitu nggak pernah benar-benar bertahan lama. Akhirnya saya nyerah lagi ?

via GIPHY

Sampai akhirnya kami mantap melatih anak toilet training

Sampai beberapa hari yang lalu, suami langsung ngajakin beli seprei waterproof. Saya juga nggak tahu entah ada gerangan apa beliau jadi mantap pengen TT ? Tapi sebagai seorang istri yang sudah lama kepingin anaknya lulus TT, tentu saja itu jadi suatu kebahagiaan ? Dan saya pun mantap dong. “KUYLAH!” Kalau kompak gini kan enak.

Hari Senin tanggal 2 September kalau nggak salah, saya sudah melatih Elis dari pagi. Sedangkan Emir baru sore harinya karena memang dia masih sekolah. Biar Ustadzahnya nggak kaget, jadi kami mulai latihan dari rumah saja. Eh ternyata pas dia pulang sekolah pun sudah nggak pakai pospak. Alhamdulillah.

Dan Alhamdulillahnya, dari pagi itu Elis cuma ngompol dua kali aja. Dan sudah bisa pup di WC. Emir langsung bisa pipis di kamar mandi. Huhu Mamak beneran terharu ?

via GIPHY

The power of sounding

Jangan kira saya dan suami benar-benar BARU mulai hari itu ya. Oh tentu TIDAK ? Ingat di atas saya bilang kalau sudah melatih Emir sejak dia 20 bulan. Itu artinya kami memang sudah SOUNDING anak-anak sejak lama. Sampai capek deh sounding bahwa pipis itu di kamar mandi, pup di WC.

So, saya cuma mau kasih tahu, bahwa kekuatan sounding itu benar-benar NYATA adanya ? Sesuatu yang dikatakan berulang-ulang pasti akan menempel di pikiran. Apalagi anak-anak yang otaknya masih bersih, sungguh sounding jadi KEKUATAN UTAMA. Selain doa tentunya.

Saya sudah tidak peduli apakah teman-teman sepantaran Emir sudah lulus TT sejak lama atau tidak. Yang jelas, saya bukan seorang ibu yang tidak pernah berusaha. Dan akhirnya saya paham, bahwa memang situasi dan kondisilah yang berbicara.

Pertama, anak-anak saya jarak dekat, hanya 14 bulan. Saat melatih TT Emir pertama kali, saya masih menyusui Elis. Alhasil saya kerepotan sekali kalau Emir sudah keburu pipis di lantai, sementara saya masih menyusui Elis. Rumah jadi najis semua ?

Kedua, sebelumnya saya tidak pakai asisten dan jauh dari keluarga dan saudara-saudara. Maka wajar kalau saya seharusnya paham kondisi diri sendiri termasuk kondisi kejiwaan ?

via GIPHY

Yang ketiga, Emir selalu ikut ayahnya ke mushola setiap waktu sholat. Alhasil kalau dia mau ke mushola harus pakai celana yang menampung pipis atau pakai diapers supaya ayahnya nggak khawatir. Namanya waktu itu belum usia dua tahun, kami sebagai orang tua masih meraba-raba seberapa lama Emir bisa tahan pipis. Daripada bocor tak terduga di mushola nantinya kan nggak lucu toh.

Semua akan ada CLOCKnya

Jadi dengan memulai di masa sekarang, saya rasa memang sudah CLOCKnya dari Allah. Sekarang sudah ada asisten yang bantu untuk urusan cuci setrika dan bersih-bersih rumah. Suami juga sudah ridho dan siap banget untuk memulai TT anak-anak. Dan doa saya pun semakin kencang setiap hari untuk urusan TT ini. Alhamdulillah, akhirnya jalannya dimudahkan oleh Allah ?

Walaupun saya belum bisa memastikan apakah Emir Elis benar-benar lulus (karena memang kami belum bepergian yang jauh), tapi saya tetap applause dengan diri sendiri dan suami yang berani memulai. Dan anak-anak pun terbilang kooperatif selama proses TT ini.

So far kalau di rumah Emir Elis sudah bisa pipis di kamar mandi dan pup di WC. Kalau sekolah pun Emir sudah bisa pipis di kamar mandi. Ya sebuah kemajuan karena dia berani bilang Ustadzahnya. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.

Kita orang tualah yang paling paham anak-anak kita

Yang jelas, Ayah Bunda, untuk urusan anak, saya bilang kita tak perlu banyak khawatir. Cukup pahami diri sendiri, situasi dan kondisi. PERCAYA dengan anak dan DOA kita untuk anak. Insya Allah instinglah yang akan berjalan dengan sendirinya. Karena insting orang tua itu yang justru lebih PENTING dari apapun. Hal-hal eksternal, segala teori A B C tidak akan ada yang bekerja, jika kita sendiri sebagai orang tua belum timbul keyakinan dari dalam diri sendiri.

via GIPHY

Itu yang saya rasakan banget. Saya sudah khatam banget tips-tips toilet training. Dari mulai pakar, orang-orang tua, teman-teman yang sudah berpengalaman, semuanya sudah saya ikutin. Tapi semua tidak ada yang bekerja. Ya, karena dulu saya lupa, bahwa instinglah yang harusnya ditajamkan.

Kini saya sadar, bahwa sayalah yang harus paham bagaimana diri saya, anak-anak saya, dan situasi kondisinya. Baru, kekuatan dari Allah itu datang. Segala jalannya jadi terasa mudah tanpa harus saya berusaha lebih. Capek tetap, hanya saja hati sudah jauh lebih tenang dibanding dulu-dulu ?

Tips melatih anak toilet training

Jadi saya cuma mau kasih tahu, tips toilet training hanyalah SABAR, SABAR, SABAR dan SABAR. Memang sabar ini beneran penolong hidup sekali. Apapun halangan rintangannya, apapun kesulitannya, bagaimana pun anak kita, kalau sabar semua akan terasa JAUUUUH lebih mudah.

via GIPHY

Sisanya, barangkali tips di bawah ini bisa Ayah Bunda gunakan.

  1. Pasang insting kita sebagai orang tua. Pahami kapan diri kita siap memulai proses toilet training anak. Dan pahami juga karakter anak kita.
  2. Kompak dengan pasangan. Kalau memang Bunda bisa berdiri sendiri, silakan saja kalau mau memulai proses TT. Tapi lebih bagus jika kompak dengan ayah. Agar saat ayah di rumah, ayah juga turut membantu proses TT. Dan anak pun berproses dengan lebih cepat karena ayah bundanya sudah sejalan.
  3. Percaya pada anak kita. Hal yang kadangkala membuat orang tua stres, barangkali karena orang tua mulai membandingkan anak dengan anak lain. Padahal dari segi usia dan karakter, jelas anak kita berbeda dan punya keistimewaannya sendiri. Maka percaya saja pada anak kita bahwa mereka BISA.
  4. Pahami kondisi diri. Ini yang paling penting. Selalu pahami kondisi diri sendiri. Yang bisa terwujud di orang lain, belum tentu akan sama bekerjanya dengan kita. Sabar saja. Apapun kata orang lain, kembali ke poin pertama. Selama insting kita belum yakin, maka tak perlu terburu-buru.
  5. Miliki perlengkapan dan alat-alat yang sekiranya bisa memudahkan kita selama proses toilet training. Proses ini SUNGGUH CAPEK. Jadi kalau bisa, kita mudahkan prosesnya agar tidak mudah stres selama proses TT. Misalnya, beli seprei waterproof, celana khusus yang bisa menampung pipis, dan sebagainya. Disesuaikan kebutuhan saja.
  6. Yakinkan diri dengan doa. Untuk menumbuhkan keyakinan, kita tidak bisa sombong. Sebab hanya Dialah Sang Pembolak-balik Hati. Maka minta pada-Nya untuk selalu menumbuhkan keyakinan dalam diri untuk melatih anak toilet training.
  7. Abaikan semua teori keharusan. Pada akhirnya, kita tidak bisa mengikuti semua teori dan menyenangkan semua orang. Lagi-lagi kitalah sebagai orang tua yang tahu kondisi dan anak-anak kita.

Toilet training, dan urusan pengasuhan anak

Saya sudah merasakan sekali dari sekian proses setelah melahirkan anak, proses toilet training inilah yang paling membuat saya stres. Belum lagi dengan bisikan dan omongan kanan kiri A B C D E yang berkata seolah saya dan suami abai terhadap anak permasalahan TT ini. Astagfirullah. Sungguh tidak ada orang yang tahu kedalaman rumah orang. Kalau saya tidak punya support system terdekat aka suami yang baik, entah apa jadinya diri saya ini ?

Sekarang saya paham, bahwa orang tualah sebenar-benar yang mengenal si anak. Urusan apapun, memang orang tuanyalah yang paling tahu situasi dan kondisinya. Jadi apapun pembicaraan orang lain, sungguh tak ada guna jika memang kita sebagai orang tua belum tumbuh keyakinan. Masya Allah.

via GIPHY

Dari sini saya juga belajar untuk tidak mengorek-ngorek gaya pengasuhan orang tua lain. Sekeliru apapun, kalau memang saya hanya melihat dari luar, saya tak ada kuasa untuk mengoreksinya. Sebab kita tidak pernah tahu kondisi sebenarnya. Kecuali jika memang si orang tua sendirilah yang meminta masukan, bolehlah kita memberi tahunya dengan santun tanpa menghakimi.

Semoga kita selalu dimudahkan dalam setiap proses membesarkan dan mendidik anak-anak kita ya, Ayah Bunda ?

Tagged , , , , , ,

About Ade Delina Putri

Blogger, Bookish, Stay at Home Mom Keep smile, keep spirit, positive thinking ^^
View all posts by Ade Delina Putri →

4 thoughts on “Toilet Training, Keyakinan dan Kesiapan Orang Tualah yang Utama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.