“Pernikahan itu 100% bermasalah.” Kalimat itu meluncur dari salah satu pembicara seminar jodoh yang saya ikuti tahun 2013. Sejujurnya saya sih sudah tidak kaget. Karena untungnya saya sudah banyak baca buku-buku tentang pernikahan hehe. Jadi semacam sudah ada gambaran. Karena banyak baca itu plus ikut seminar pula saya jadi peka kalau-kalau misalnya di depan mata, saya melihat orang-orang punya masalah dalam rumah tangganya itu memang sudah hal yang lumrah.
Terus dengan kalimat, “pernikahan 100% bermasalah tadi”, apakah saya masih mau menikah? Yes. Sebab saya juga yakinlah kalimat itu semata-mata bukan karena pernikahan hanya berisi masalah, tapi untuk memberi gambaran supaya muda-mudi yang belum menikah tidak punya ekspektasi terlalu tinggi bahwa pernikahan hanyalah happily ever after. Bahagia selamanya. Oh of course, nay.
Dan apa yang saya rasakan setelah benar-benar menikah? Kalimat itu benar! Hehe. Mungkin saya bisa bilang,
menikah dan berumah tangga itu adalah sebaik-baik pelajaran hidup. Banyak banget
yang saya pelajari setelah menikah. Saya juga bersyukur, karena dari sini kedewasaan saya bisa bertambah dan lebih memandang ujian hidup sebagai realita yang harus dijalani *berat amat bahasanya. Saya juga bersyukur bisa gabung di beberapa grup ibu-ibu dan orang tua. Karena dari beberapa sharingan dan curhatan mereka, saya jadi belajar banyak dan menganggap, masalah-masalah saya belum ada apa-apanya!
Tidak ada hidup yang sempurna
Akhirnya saya mengerti, bahwa memang begitulah realitanya. Rumah tangga itu pasti ada saja ujiannya. Makanya, saya selalu menekankan pada diri sendiri, saya tidak boleh membandingkan rumah tangga saya dengan orang lain.
Memang, saat kita lagi ada masalah, lalu melihat pasangan lain bahagia rasanya kok “kita gini banget ya.” Atau merasa, “duh mereka kok bahagia banget.” Atau saat melihat pasangan lain sering pergi bersama ke
Kuta Bali juga kok ada rasa iri di hati (padahal bisa jadi karena ada urusan kerjaan –“). Tapi saat melihat atau mendengar berbagai masalah rumah tangga orang lain, baru deh benar-benar paham. Karena pada kenyataannya memang
tidak ada rumah tangga sempurna. Setiap pernikahan PASTI memiliki masalahnya sendiri. Yang malah kalau kita tahu masalah mereka, tidak jarang kita jadi bersyukur bahwa masalah kita tidak seberat mereka.
Kebahagiaan yang kita lihat di depan mata, tidak selamanya selalu itu yang terjadi. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka di belakang kita. Kita tidak tahu masalah-masalah apa saja yang menimpa mereka dan sudah mereka lewati. Yang pasti harus diyakini, tidak ada hidup yang sempurna.
Tidak semua orang mau menunjukkan masalahnya. Tidak semua pula mau menunjukkan kesedihannya. Maka wajar kalau yang terlihat di depan mata kita hanyalah kebahagiaan-kebahagiaan mereka. Apalagi kalau orang-orang sudah meyakini bahwa masalah rumah tangga adalah aib yang seharusnya tidak diumbar ke publik.
Jangan bandingkan rumah tangga kita dengan rumah tangga orang lain
Yah, poinnya adalah jangan membandingkan rumah tangga kita dengan rumah tangga orang lain. Jangan membandingkan hidup kita dengan orang lain. Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Tapi kalau terus-terusan melihat tetangga, yang ada kita lupa melihat diri sendiri. Lupa dengan rumah tangga sendiri. Lupa membenahi masalah kita sendiri. Sampai lupa bersyukur, naudzubillah.
Intinya setiap orang punya masalahnya sendiri-sendiri. Yang ujiannya disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing menurut-Nya.
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa) : Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maβaflah kami ; ampunilah kami ; dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. Al-Baqarah 286)
Pun setiap orang punya kebahagiaannya sendiri-sendiri. Termasuk kita yang juga bisa bahagia selama kita terus bersyukur π
Setuju banget mbak, nanti yang ada malah kurang bersyukur kalo terus terusan membandingkan dengan orang lain…
Bener banget, kalo nasehat ibuku dulu kebahagiaan itu tidak bisa dicari tapi bisa diciptakan
bener sekali, mending intropeksi diri saja bagus
Setujuuu.. Aku termasuk yg sering ngebanding2in dulu, rumah tanggaku ama rumah tangga org lain mbak.. Biasanya aku suka iri ama pasangan yg srg liburan berdua tanpa anak. Krn aku pengennya bisa sesekali hanya ama suami. Smntara dia g tegaan ninggalin anak. Tp untungbya semua masalah2 kyk gt bisa selesai krn aku ajak ngobrol. Jd suami akhirnya ngerti kalo aku pgn ada wkt berduaan kyk dulu.. :D. Intinya sih komunikasi ya kalo ada masalah. Jd jgn cm ngambek, marah ga jelas.. Pasangan kita ga ngerti juga penyebabnya apa kita ngomel2 :D.
Orang Jawa bilang sawang sinawang. Orang sering melihat orang lain lebih bahagia, lebih baik, pokoknya lebih deh. Lalu melihat diri sendiri yang gak ada apa2nya.
Iya mbak hiks
Iya karena pasangan jg bukan cenayang ya hihi
Setuju π
setujuuu, walaupun saya kadang iri lihat Chelsea Olivia dan Glenn sih..huhuhu… perfect banget kayaknya yaaa..
tapi mesti kembali lagi, bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Allah sudah menakar rezeki kita masing-masing. Jangan kelamaan mendongak aja..hehe, syukuri apa yang ada, nanti nikmatnya akan berlimpah. π
Setuju banget Mak π
Aamiin aamiin. Kalo dongak terus, capek juga ya Mbak hehe
Adem banget deh tulisannya, yg penting saling pengertian, saling nrima kekurangan, dan bersyukur ya mbak hehe
Iya Mbak π
Nampar banget mak, makasih yaaa postingnya bener – bener membuat saya terbuka maya, makasih mak
Sama-sama Mak, semoga bermanfaat π
ya memang begitu menyebalkan jika ada istri yg suka membandingkan dgn rumah tangga orang lain.