#SatuHariSatuKaryaIIDN, Cerita Bunda, Parenting

Kompak Kerja Sama Mengasuh Anak

Kerja sama antara suami dan istri mengasuh anak sepertinya sudah lebih baik semakin ke sini. Antara Ayah dan Bunda tidak ada pemisah tugas lagi. Sekalipun tugas utama ayah mencari nafkah keluarga, ayah zaman sekarang cenderung sadar bahwa mereka juga harus hadir untuk anak-anaknya.

Oh. Oke, sebelum terasa semakin seperti berita, saya hanya ingin bercerita seperti biasa. Alhamdulillah, saya dan suami juga yang termasuk selalu kompak kerja sama dalam mengasuh anak. Antara kami tidak ada lagi pemisah dalam urusan anak bahkan juga urusan rumah tangga. Semua saling membantu. Saling merasa menjadi suami istri yang saling membutuhkan, serta ayah dan ibu yang dibutuhkan oleh anak.

Ketika suami mau ‘berkorban’

Sudah sejak awal nikah, suami memang ringan tangan banget membantu saya. Ya membantu masak, menyapu, bersih-bersih kamar mandi, atau pekerjaan rumah apapun yang bisa dia bantu kalau memang waktunya tidak bekerja dan sedang luang. Pas saya hamil dan nggak bisa ngapa-ngapain, suami juga yang mengambil alih semua tugas rumah tangga hiks.

Baca: #BincangKeluarga: Semua Urusan Domestik Rumah Tangga, Tanggung Jawab istri. Oh ya?

Begitu punya anak, malah suami yang lebih lihai buat mandiin Emir pas masih bayi. Saya belum bisa ? Setiap pagi nyuapin Emir. Ajak main Emir misalkan saya lagi beres-beres rumah dan masak.

Waktu saya hamil yang kedua, mual dan lemas karena hamil Elis, dia yang ngurusin Emir. Alhamdulillahnya dia kerja di rumah. Jadi kalau keadaan kepepet, dia mau mengorbankan sedikit waktu kerjanya. Masya Allah, terima kasih suamiku.

Terbiasa bekerja sama

Alhasil sampai sekarang pun kami jadi terbiasa bekerja sama. Sudah nggak ada ceritanya saya harus mendikte tugas sama suami. Sebab dia sudah mengerti sendiri. Setiap pagi dia mandiin dan nyuapin makan Emir. Pulang kerja pun dia yang akan pegang Emir. Makanya wajar kalau Emir lebih dekat dengan ayahnya ? Sedangkan saya, dengan begitu bisa fokus pada urusan rumah dan Elis saja.

Kalau suami kerja, ya saya yang pegang anak-anak. Jadi sekalipun suami kerja di rumah, sebisa mungkin saya akan mandiri dan tidak mau ketergantungan.

Kalau saya ada perlu sendiri seperti ke kamar mandi atau sholat, suami akan turun ke bawah (FYI, suami kerja di lantai atas). Anak-anak dipegang ayahnya. Suami selesai kerja, gantian dia yang berquality time dengan anak-anak. Dan saya me time sebentar.

Merasa saling mengerti dan membutuhkan

Sejak awal memang begitu. Saya nggak pernah secara khusus minta bantuan suami, tapi dia sendiri yang mengerti. Inilah yang membuat kami, dengan mengalirnya, sudah saling mengerti tugas masing-masing. Alhamdulillah dengan begini, kami dapat porsi yang sama besarnya. Tidak ada lagi yang merasa paling capek, paling berkuasa, atau paling apapun. Tapi kami sudah mengerti satu sama lain. Dengan mengerti begini, membuat kami jadi merasa saling membutuhkan.

Ayah yang dekat dengan anak, membuat anak lebih percaya diri

Dan dari lubuk hati yang paling dalam, sesungguhnya saya amat bersyukur. Dengan keadaan seperti ini, anak-anak juga jadi dekat dengan ayahnya. Bisa berbincang dan bercanda bebas dengan ayahnya. Sebab ayah yang bisa dekat dengan anak, akan menghasilkan anak yang lebih percaya diri. Aamiin.

Kalau Ayah Bunda, gimana kerja samanya dalam mengurus anak? ?

Tagged , ,

About Ade Delina Putri

Blogger, Bookish, Stay at Home Mom Keep smile, keep spirit, positive thinking ^^
View all posts by Ade Delina Putri →

6 thoughts on “Kompak Kerja Sama Mengasuh Anak

  1. Sebuah rumah tangga yang Harmonis dan Penuh Berkah.

    Saya cukup menikmati cerita dari awal hingga akhir, menyenangkan dan penuh inspirasi itu yang ada dalam pikiran saya.

    Ceritanya mengalir dari Hati.

  2. Tanggung jawab pengasuhan anak memang bukan cuma tugas istri.
    Butuh kerjasama yang baik dengan suami.

    Suka dengan kalimat closingnya: Ayah yang bisa dekat dengan anak, akan menghasilkan anak yang lebih percaya diri 🙂

  3. Menginspirasi masyaAllah. Salah satu tujuan saya juga keluarga yg selalu ‘saling’, tetapi kondisi dan latar belakang tiap pasutri beda2 ya bun. Ada yg perlu proses panjang, sabar yg lebih karena bekas2 pengasuhan orang tua suami yg belum sejalan, jadi utk memperbaiki memang butuh ekstra sabar..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.