Besok tanggal 17 Agustus dan dirayakan sebagai Hari Kemerdekaan. Kalau ngomongin kemerdekaan mungkin kita akan selalu ingat di mana negara kita bisa bebas dari tekanan penjajah. Nah mungkin begitu juga jika kita bicara kemerdekaan dari segi apapun. Merdeka itu bisa bebas dari tekanan. Dalam hal apapun, kita mampu berdiri sendiri dan tidak mendapat tekanan dari siapapun. Sesuai juga sama yang ditulis di Wikipedia berikut ini:
Kemerdekaan adalah:
(kata benda) di saat suatu negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya.
(kata benda) di saat seseorang mendapatkan hak untuk mengendalikan dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain dan atau tidak bergantung pada orang lain lagi.
Kemerdekaan dalam keluarga itu tidak tertekan oleh apa dan siapapun.
Karena saya lagi nulis di Celoteh Bunda, saya jadi mau ngomongin kemerdekaan dari sisi keluarga. Btw tagline di blog ini memang sudah saya ganti dari “Marriage, Parenting, and Home” menjadi “Marriage, Parenting, and Family”. Karena setelah saya pikir, Family bahasannya lebih spesifik. Kalau Home kan kayak seakan-akan kita mau bahas semua tentang rumah haha.
Back to topic. Jadi menurut saya, kemerdekaan dalam keluarga itu adalah ketika kita bisa mengambil keputusan sendiri tanpa ditekan dan disetir oleh apa dan siapapun. Saat kita bisa mengambil keputusan sendiri, segalanya akan lebih terasa mudah. Sebab kita tahu apa yang sebetulnya kita inginkan, dan bagaimana resiko yang harus kita hadapi.
Lingkungan yang paling dekat dengan kita adalah keluarga. Maka kalau salah satu penulis bilang, “Strong from Home”, saya setuju banget. Karena ketika kita sudah kuat di rumah, di luar pun kita pasti juga akan memiliki prinsip dan lebih percaya diri menghadapi lingkungan. Nah ini dimulai dengan merdeka dalam mengambil keputusan itu tadi.
Kita tahu sebetulnya yang kita inginkan. Walau orang tua bilang seharusnya A, tetangga bilang sebaiknya B, jika kita berani mengambil keputusan, maka kita tahu langkah apa yang akan kita ambil. Meskipun misalnya kita mau mendengarkan pendapat orang lain, tapi itu kita jalani dengan penuh kesadaran. Dengan kata lain, kita menjalaninya dengan tanpa beban. Bukan dengan mengikuti pendapat banyak orang, tapi hati tidak sinkron dan akhirnya menyimpan bom waktu.
Anak juga penting untuk bisa mengambil keputusan sendiri
Saya sendiri merasakan sekali. Dari kecil terbiasa semua “diladeni” dan diatur. Walhasil sampai SMK, saya merasa kesulitan untuk mengambil keputusan. Bahkan sampai menikah pun kadang saya juga masih sulit. Sampai gongnya saya bahkan tidak tahu apa yang sebetulnya saya inginkan, hiks.
Tapi lama-lama saya belajar, bagaimana mendengarkan hati sendiri. Saya ingin betul-betul tahu apa yang saya inginkan. Dan saya ingin itu terwujud. Dan ternyata itu membuat saya lebih bahagia. Ketimbang menuruti orang lain, tapi diam-diam hati menyesal dan menjalaninya setengah-setengah.
Maka ini juga yang mau saya terapkan ke anak-anak. Saya ingin anak-anak bebas dengan pilihannya sendiri (yang tentunya masih dalam batas koridor norma dan agama). Cukuplah orang tua monitoring dan mengingatkan secukupnya. Apalagi jika mereka sudah dewasa, orang tua cukup jadi konselor saja. Kalau anak bertanya, baru kita jawab. Dan biarkan anak yang memilih konsekuensinya. Dengan begini, anak akan lebih mandiri dan mampu untuk membuat tujuan hidup yang lebih jelas.
Suami istri mampu untuk punya keputusan sendiri
Antara suami dan istri juga sama. Keduanya, harus bebas mengambil keputusan sendiri. Kalaupun ada perbedaan pendapat, bisa didiskusikan, dan lagi-lagi keputusan harus atas dasar kesepakatan bersama. Sehingga tidak ada lagi ganjalan dalam hati. Suami mampu masuk ke dunia istri. Pun begitu sebaliknya, istri juga masuk ke dunia suami.
Begitu pula saat misalnya orang tua atau mertua ikut campur, suami istri tetap mampu untuk mengambil keputusan sendiri. Tidak ada lagi salah satu yang merasa terganggu. Sebab jika salah satu sudah ada ganjalan, maka itu bisa menjadi masalah dalam rumah tangga.
Saat kita mampu untuk mengambil keputusan sendiri, saat itulah kita sudah merdeka
So, semoga kita mampu memerdekakan diri sendiri. Kita mampu mengambil keputusan sendiri. Kita mampu untuk tahu apa yang sebenarnya kita inginkan. Dan kita mampu untuk bertanggung jawab atas setiap pilihan dan keputusan kita.
Jika dari dalam rumah kita sudah merdeka atas keputusan sendiri, maka kita akan lebih mudah menentukan ke mana arah tujuan kita. Mungkin begitulah para pahlawan Indonesia dulu. Mereka mampu melawan penjajah, sebab mereka tahu apa yang mereka inginkan, dan mereka mampu untuk membuat keputusan sendiri. Sehingga terciptalah kemerdekaan untuk negara kita 🙂
1 thought on “Kemerdekaan dalam Keluarga itu Saat Kita Bisa Mengambil Keputusan Sendiri”