Pertemanan setelah menikah. Tema ini kepikiran setelah ada seorang teman yang curhat tentang masalah ini. Dan pas banget dengan saya yang pernah baca buku Mamma Mia! Just Married nya Mbak Indah Hanaco. Di buku tersebut ada satu kisah yang berhubungan dengan pertemanan setelah menikah ini.
Baca punya Mbak Rosa:
Tentang Pertemanan Setelah Menikah
Dalam salah satu cerita, ada Edo namanya. Laki-laki itu terbiasa berkumpul dengan teman-temannya sejak masih single. Alhasil saat menikah dengan Gita, ia membuat kesepakatan bahwa ia harus tetap diperbolehkan berkumpul dengan teman-temannya meskipun sudah menikah. Tapi yang terjadi kemudian, Edo justru lupa waktu. Hampir setiap hari ia berkumpul dengan teman-temannya sampai larut malam. Meninggalkan istrinya sendirian yang bahkan sedang hamil. Untunglah kesadaran Edo belum terlambat saat Gita mengalami perdarahan.
Kira-kira itu cuplikan kisahnya. Miris ya? Dan itu kisah nyata lho. Saya sampai bertanya sendiri, sepenting itukah teman-temannya sampai membuat ia lupa istri? Okelah, mungkin dia menganggap bahwa pertemanan itu berharga. Sehingga tetap harus terjalin silaturahminya. Tapi ketika sudah menikah? Masih haruskah kita lebih mengutamakan teman dibandingkan istri atau mungkin keluarga?
Ada prioritas baru setelah menikah
Jangankan sudah menikah, belum menikah saja rasanya kurang gimana gitu ya kalau misal ada kumpul keluarga, eh kita lebih mementingkan teman. Ada ulang tahun pernikahan orang tua, kita malah nggak datang karena sibuk dengan teman-teman. Hmm.
Saya pribadi orang yang mulai jarang berkumpul dengan teman setelah menikah. Bukan apa sih, lagi pula saya di Surabaya. Teman-teman saya kebanyakan di Bekasi haha. Meskipun begitu, saya sadar bahwa setelah menikah, ada prioritas baru yang harus saya jalani. Kalaupun di Bekasi, saya juga nggak akan bisa sering-sering kumpul dengan teman-teman kayak dulu.
Saya pikir, pertemanan setelah menikah memang sudah pasti berbeda. Nggak usah merasa asing kalau teman kita setelah menikah jadi jarang kumpul. Jarang balas chat. Karena ya orang yang sudah menikah punya kewajiban baru yang menjadi prioritasnya. Kalaupun mau kumpul, boleh-boleh aja. Tapi tetap harus tahu batasan. Jangan terlalu sering sampai lupa waktu seperti Edo. Naudzubillah.
Tahu batasan dalam berteman
Gimana dengan reuni? Ya boleh aja sih. reunian juga sebaiknya tidak datang sendiri. Ajak pasangan, kalau perlu ajak anak. Supaya kita ingat bahwa kita sudah berkeluarga. Seakrab apapun kita dengan teman, setelah menikah kita tidak akan sama lagi seperti dulu. Tidak etis terlalu berlebihan saat kumpul. Apalagi berbaur antara laki-laki dan perempuan. Mau setidak-cemburu apapun pasangan kita, tetap harus bisa jaga diri dan perasaan pasangan kan.
Di dunia maya pun sama. Pertemanan yang terjadi setelah menikah tetap harus dijaga. Hindari bercanda berlebihan dengan lawan jenis walaupun itu di dalam grup dunia maya. Nggak pantaslah ya lagian setelah kita menikah masih haha hihi berlebihan. Apalagi dengan lawan jenis yang bisa jadi rawan fitnah.
Tidak sembarang curhat masalah keluarga pada teman pun bisa menjaga pernikahan. Karena salah-salah, kita justru malah menyebar aib rumah tangga. Naudzubillah. Jadi kalaupun ada masalah, sebaiknya ya pasangan yang pertama kali tahu sekalipun itu masalah dengan pasangan sendiri. Kalau nggak bisa, mungkin kita bisa meminta bantuan keluarga atau konselor yang sekiranya tidak berpihak dan lebih bisa dipercaya. Kalau masih sulit juga, barangkali saatnya kita mengembalikan segala permasalahan pada Allah SWT dengan doa.
Baca: Sahabat Terbaik adalah Pasangan Sendiri
Karena seringkali curhat pada teman nggak bisa dijadikan solusi. Sepercaya apapun kita dengan teman, setelah menikah, kita tetap harus tahu mana yang bisa diceritakan, mana yang tidak. Terlebih jangan sampai kita curhat pada lawan jenis. Jatuhnya bisa saja kita jadi membandingkan. Oh dia lebih ngerti gue. Oh dia nggak pernah komplain apapun soal gue. Duh naudzubillah. Ini malah bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Sudah masalah rumah tangga pelik. Kita malah mencari kenyamanan baru di luar, yang sebetulnya bisa membuat masalah baru. Tsumma naudzubillahimindzalik.
Sebaiknya kita juga tidak berteman akrab dengan mantan setelah menikah. Bukan niat mengurangi apalagi memutus silaturahmi, tapi lebih ke menjaga diri agar terhindar dari fitnah. Dan menjaga perasaan pasangan. Karena ya itu tadi, jangan sampai kita membuat masalah di kehidupan pernikahan kita.

Tahu etika berteman setelah menikah
Lantas, apa itu artinya kita tidak boleh bergaul sama sekali? Termasuk ke sesama jenis? Ya nggak juga. Boleh boleh aja kita bergaul. Kita nggak perlu harus terlalu protektif dengan pasangan. Ngecekkin handphonenya setiap detik. Nanya-nanya dia lagi di mana setiap menit. Nggak gitu. Boleh-boleh aja kita dan pasangan bergaul. Hanya saja kita harus tahu batasan. Mana yang boleh dilakukan, dan mana yang sebaiknya dihindari.
Masalah pertemanan ini bisa dikomunikasikan dengan pasangan, maunya gimana, baiknya gimana. Cari jalan yang sama-sama enak. Misalnya dengan saling mengenalkan teman-teman kita. Kita kenal teman-teman pasangan. Pasangan pun tahu siapa saja teman-teman kita. Mau bikin grup pun ya nggak apa-apa. Selama buat jalin silaturahmi nggak masalah. Selama kita pun nggak lupa waktu untuk keluarga 🙂
Di zaman dunia maya begini mungkin sesekali kita bisa pasang foto kita dan pasangan di media sosial. Setidaknya untuk publikasi bahwa kita punya keluarga. Kalau memang tidak mau menampilkan foto keluarga, setidaknya janganlah foto ala-ala gaya centil atau selfie genit apalagi sering-sering. Duh nggak baiklah ya. Bahaya. Bisa mengundang fitnah huhu.
Tidak ada pertemanan abadi
Sesungguhnya kalau ada cemburu-cemburu itu hal yang wajar. Justru adanya rasa cemburu menunjukkan kalau pasangan mencintai kita dan sebaliknya. Asal tidak berlebihan sampai over posesif aja 🙂
Terakhir, tidak ada pertemanan yang abadi. Sama seperti kehidupan ini juga tidak abadi. Setiap detik kita harus siap untuk menerima kenyataan bahwa akan selalu ada orang yang datang dan pergi. Tapi keluarga, adalah orang terdekat kita. Nomor satu, yang selalu bisa jadi tempat kita untuk kembali 🙂
Sebelum nikah pun aku jaga jarak sih sm temen, gak suka temenan deket2, hihi. Jd pas udah nikah ya biasa aja, malah seneng ada temen bobo, wkwkwk
Haha temen bobo terbaique *eh 😀
Setuju mbakkk… Family first.. Biasanya pun kalau kumpul sama teman, mulai kumpulnya sama yang sama2 rempong punya anak juga… Malah kalo suami ga sibuk, saya ajak jugaa… Suami pun juga gitu, ketemu temen ajak istri. Sisanya, setelah menikah dan punya anak jadi lebih suka di rumah… Entah mager, entah jompo, entah bokek.. Wkwkkwk
Haha akupun setelah nikah lebih banyak di rumah :))
Jadi ingat jarang bisa ikutan reuni tahunan karena kendala ijin dan jauh.
Yup, sedekat apapun teman saat masih single, akan berbeda dengan setelah menikah…
Toss yang udah jarang reunian hihi
Iya Mbak pasti beda deh 🙂
Artikel yang ngena banget. Soal pertemanan setelah menikah itu boleh asal tahu batasan. Saya juga tak bisa kumpul dengan teman lama karena jarak jauh, jumpanya di dumay. Kalau jumpa teman sekolah di acara reuni kayak usai lebaran kemarin, bawa anak. Ya, ke mana-mana selalu bawa anak. Sebagai kontrol juga dan penjaga. Soalnya dalam reuni akan jumpa teman lelaki yang usil dan cunihin serta ingin merasa muda lagi. 😀
Temanan dengan mantan? Di FB saja tapi tak terlalu dekat, tak stalker. Ngasi like tapi cuma komen jika pengen. Gak selalu pengen komen. 😀
Iya anak bisa jadi pengingat banget hihi. Harus bisa mengendalikan ya Mbak 🙂
wahh setuju keluarga adalah yg utama 🙂
Iyes 🙂
makasih sharingnya, untuk pengingat diri
Sama-sama. Semoga bermanfaat 🙂
Setuju. Menjaga perasaan pasangan.
Iyap 🙂
sebelum nikah aku dan suami udah sepakat: gak akan datang reuni kecuali bawa pasangan. Harga mati pokoknya.
Wah bagus itu 🙂